Arti Strategis Rencana Berdirinya MTsN Di Metro*_*Oleh Naim Emel Prahana



Metro (Sakilanews) KOTA pendidikan harus memiliki fakta integritas yang akan menisi vis dan misi tentang “kota pendidikan” itu sendiri. Memaknai dua kosa kata ‘kota’ atau ‘daerah’ dalam sistem administrasi pemerintahan di Indonesia, dan ‘pendidikan’ bukan sekedar icon atau hanya pemanis pembangunan multi skala di suatu daerah atau kota. Lebih dari itu, dia harus hadir dalam komitmen pemerintah yang berkelanjutan.
Kalau kita kembali ke belakang, beberapa rentang kurun waktu yang sudah berjalan. Tentang “kota pendidikan” yang pertama tentunya harus dibuktikan komitmen adanya sarana dan prasarana pendidikan itu sendiri. Lalu, ada sekolah-sekolah khusus dalam hal pembidangan atau jurusan yang diajarkan di beberapa sekolah yang dimasukkan dalam kalimat kota pendidikan tersebut.
Kota Yogyakarta selain keistimewaannya sebagaimana juga Aceh sampai seantero dunia terkenal dengan sebutan “kota pelajar” walau dalam visi misinya tidak dituangkan kalimat kota pelajar tersebut. Selain, Yogyakarta sebagai kota budaya karena banyaknya peninggalan dan situs-situs purba di daeah istimewa Yogyakarta itu sendiri. 
Namun, sebutan sebagai kota pelajar melekat dibenak dan pikiran masyarakat Indonesia, sehingga tak heran Kota Yogyakarta menjadi serbuan utama di kalangan pelajar dari tingkat SD sampai tingkat perguruan tinggi. Pokoknya Yogyakarta keren banget dalam bidang proses belajar mengajar. Di sisi lain sarana dan prasarana pendidikan dan jenis pendidikannya sangat beragam.     
Pilihan dan opsi jika tidak diterima di sekolah-sekolah ‘sangat’ unggul seperti UGM (universitas Gajahmada), UII (Universitas Islam Indonesia) yang ingin bersekolah (kuliah) mempunyai banyak pilihan. Juga, spesifikasi keilmuawan yang akan dipelajari, juga sangat banyak mencakup semua bidang. Dan, Yogyakarta tidak memvisi misikan daerahnya sebagai kota pelajar. Namun, masyarakatkanlah yang memberikan label demikian.
Ketika Pemerintah Kota Metro melakukan study banding tahun 2000 ke Kota Sukabumi dan kabupaten Sukabumi, Jawa Barat untuk memberika masukan perumusan konsep visi misi “Kota Metro”. Saya pernah memberikan masukan sekaligus usulan tentang visi dan misi Kota Metro saat itu. Saya (penulis) yang ikut serta dalam rombongan study banding itu, mengusulkan Kota Metro menjadi kota ‘jasa’.
Kenapa usulan itu saya sampaikan, mengingat potensi alam, sumber ekonomi dari adanya perusahaan besar dan letak strategis Kota Metro sebagai central aktivitas ekonomi, pendidikan dan kebudayaan. Namun, usulan itu tidak jadi dimasukkan ke dalam item visi misi Kota Metro.
Saya mencoba mengupas Singapura sebuah negara kecil tidak memiliki pontensi alam yang akan mendukung ekonomi. Namun, Singapura memiliki sumber daya manusia yang sangat unggul. Sehingga jadilah Singapura yang kita kenal bahkan sudah sangat dikenal di dunia internasional.
Singapura menjadi negara jasa yang sangat besar peranannya di dunia internasional. Dari Singapura dieskpor berbagai produk—yang sudah dikemas dari berbagai produk bahan mentah dari negara lain. Apakah gambaran selintas tentang Singapura tersebut bisa menjadi pemikiran para pemegang kebijakan di Kota Metro?
Hal yang sama akan diterapkan dalam dunia pendidikan. Saat ini sekitar 40-an SDN, ditambah SD swasta seperti MIN dan lainnya. Ada sekitar 15 SMA/SMK negeri dan swasta dan Akademi, Perguruang Tinggi, Sekolah Tinggi yang jumlahnya cukup banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Metro. Sudah sangat memadai.
Hanya, sekolah unggulan bukanlah sekolah khusus yang memiliki jurusan atau mata pelajaran khusus. Sehingga predikat kota pendidikan perlu dibahas lagi. Terutama arah dan tujuannya. Sebagai catatan sampai 2025 di Metro semua sekolah masih bersifat “sekolah umum” dan ada beberapa sekolah berkarakter keagamaan (terutama swasta). Jadi, perlu sekali keberadaan sebagaimana direncanakan Walikota Metro berdirinya MTsN. Karena, belum ada yang berstatus negeri.
Selama ini, Pemerintah Kota Metro memang mengabaikan adanya MTsN dan itu terjadi sejak 2000—2024. Kita belum tahu, kenapa tidak ada perhatian sama sekali. Di Metro tingkatan sekolah agama negeri sudah ada dari tingkat PAUD—TK, MIN-......(MTsN) kosong—MAN dan Universitas Islam Negeri (UIN) yang baru saja berubah status dari IAIN.
Posisi MTsN sangat strategis, selain akan menjadi salah satu solusi pemerataan penerimaan murid baru yang selama ini selalu jadi ‘kalangkabut’, tidak merata dan menimbulkan masalah sepanjang penerimaan murid baru. Dengan adanya MTsN dimungkinkan murid baru akan mampu mengurangi silangsengkarut pemerataan penempatan (penerimaan) murid baru di tingkat sekolah lanjutan pertama. 
Gagasan Pemkot Metro untuk mendirikan MTsN di bumi sai wawai ini perlu mendapat dukungan dari semua pihak, termasuk masyarakat. Tinggal nantinya, bagaimana memadukan mata pelajaran yang yang akan diberikan kepada murid. Saya sendiri selaku salah satu penggagas berdirinya SMAN 5, SMPN 10, TK Pembina Karangrejo bersama Kadis Pendidikan dan kebudayaan (mantan-almarhum) Fikrie Jahri, Dencik Effendi, Suprayogi, Dwi Riyanto (wartawan PWI), dan Murni Siregar. Pasti sangat mendukung rencana tersebut.
( _penulis seorang budayawan, praktisi hukum sosial budaya dan pendidikan(**)

Belum ada Komentar untuk "Arti Strategis Rencana Berdirinya MTsN Di Metro*_*Oleh Naim Emel Prahana"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel